PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
INTERAKTIF PADA
MATA PELAJARAN IPA DI SD
NUR HUDA
(120403020099)
Fakultas Teknologi Informasi
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
untuk menerapkan model pembelajaran interaktif pada pelajaran IPA dengan kerja
kelompok, sebagai suatu upaya perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.
Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur
penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis S, MC Toggar R (1988) yang mencakup
kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation),
refleksi (reflection) atau evaluasi..
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) Kinerja belajar siswa meningkat setelah
pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran interaktif. Siswa sangat
antusias membahas topik dalam diskusi, dan berusaha menjawab dan menemukan
informasi tentang topik tersebut. Siswa saling berebut mengemukakan informasi
(apa yang mereka ketahui) tentang topik. Setelah dilakukan pembagian tugas
kelompok siswa bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing; (2) Prestasi
belajar siswa meningkat setelah mengalami pembelajaran interaktif dengan kerja
kelompok. Pada siklus pertama nilai rata-rata siswa perorangan 5,859; nilaia
rata-rata kelompok sebesar 6,102. Pada siklus kedua nilai rata-rata siswa 6,512
dan nilai rata-rata kelompok 7,615; sedangkan pada siklus ketiga nilai
rata-rata siswa 7,948 dan nilai rata-rata kelompok 7,384. Berdasarkan nilai
yang diperoleh siswa dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran interaktif
dengan kerja kelompok dapat digunakan pada penelitian tindakan kelas.
Kata Kunci: model pembelajaran interaktif, penelitian tindakan kelas, IPA, SD.
I.
PENDAHULUAN
yang
lebih tinggi. Hal ini hanya dapat tercapai apabila proses pembelajaran yang
berlangsung mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki siswa, dan siswa
terlibat langsung dalam Meningkatkan mutu pendidikan adalah menjadi
tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru SD,
yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru SD adalah orang yang
paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang
dapat bersaing di jaman pesatnya perkembangan teknologi. Guru SD dalam setiap
pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi dan metode pembelajaran
yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering
terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang
terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkannya semua.
Menurut pengamatan
penulis, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas penggunaan model pembelajaran
yang bervariatif masih sangat rendah dan guru cenderung menggunakan model
konvesional pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin
disebabkan kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang
ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan
untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, dan sangat sesuai dengan
kurikulum berbasis kompetensi.
menghasilkan lulusan
yang kompeten dan cerdas sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang pembelajaran
IPA. Disamping itu kurikulum berbasis kompetensi memberi kemudahan kepada guru
dalam menyajikan pengalaman belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang
hidup yang mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu belajar untuk
mengetahui (learning to know), belajar dengan melakukan (learning to do),
belajar untuk hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan
belajar menjadi diri sendiri (learning to be).
Untuk itu guru perlu meningkatkan mutu
pembelajarannya, dimulai dengan rancangan pembelajaran yang baik dengan
memperhatikan tujuan, karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan sumber
belajar yang tersedia. Kenyataannya masih banyak ditemui proses pembelajaran yang kurang berkualitas,
tidak efisien Kurikulum berbasis kompetensi yang mulai
diberlakukan di sekolah dasar bertujuan untuk dan kurang mempunyai daya tarik, bahkan cenderung
membosankan, sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal. Rendahnya
perolehan hasil belajar mata pelajaran IPA munjukkan adanya indikasi terhadap
rendahnya kinerja belajar siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
yang berkualitas. Untuk mengetahui mengapa prestasi siswa tidak seperti yang
diharapkan, tentu guru perlu merefleksi diri untuk dapat mengetahui
faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan siswa dalam pelajaran IPA. Sebagai
guru yang baik dan profesional, permasalahan ini tentu perlu ditanggulangi
dengan segera. Berdasarkan hal tersebut diatas, penerapan model pembelajaran
interaktif menjadi alternatif untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
dalam mata pelajaran IPA. Dengan adanya model penerapan pembelajaran
interactive ini semoga siswa SD yang khusus nya belajar IPA bias mudah
memahaminya.
ii.
PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana desain
model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok dalam pembelajaran IPA di
SD?
2. Bagaimana
menerapkan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok dalam
pembelajaran IPA di SD?
3. Bagaimana kinerja
belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
interaktif dengan kerja kelompok?
4. Apakah dengan
kerja kelompok dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja belajar siswa dalam
menggunakan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok?
5. Bagaimana
kreaktivitas siswa dalam pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran
interaktif dengan kerja kelompok?
6. Kendala yang
dihadapi dalam pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok?
iii. CARA
PEMECAHAN MASALAH
Permasalahan rendahnya hasil belajar IPA di SD perlu segera
ditanggulangi, dan guru perlu melakukan refleksi atas kinerjanya selama
perolehan hasil belajar IPA masih dapat ditingkatkan lebih tinggi lagi, apabila
kreaktifitas siswa dalam pembelajaran juga tinggi. Hasil penelitian
mengungkapkan bahawa tingkat kreatifitas siswa saat penelitian dilaksanakan masih
rendah, kinerja siswa menunjukkan fenomena sebagai berikut guru jarang
membimbing siswa dalam diskusi tentang topik-topik IPA, guru jarang memberikan
pertanyaan kepada siswa baik secara individual maupun secara klasikal. Siswa
tidak berani bertanya kepada guru karena guru kurang memotivasi siswa agar
berani bertanya apabila ada masalah/materi yang tidak/kurang dimengerti.
Pembelajaran yang ada lebih terpusat pada guru, bukan kepada siswa. Hal ini
tidak dapat dibiarkan begitu saja, apalagi dengan diberlakukannya kurikulum
berbasis kompetensi yang mengisyaratkan pembelajaran harus dapat mengembangkan
semua potensi yang dimiliki siswa. Hal ini dapat tercapai apbila kinerja
belajar siswa ditingkatkan, sehingga guru hanya berperan sebagai fasiltator,
motivator dan organisator.
IV.
TUJUAN PENELITIAN
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menerapkan
model pembelajaran interaktif pada pelajaran IPA dengan kerja kelompok, sebagai
suatu upaya perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.
Secara khusus tujuan
penelitian adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui
kemampuan guru mendesain model pembelajaran interaktif pada pelajaran IPA
dengan kerja kelompok
2. Menerapkan model
pembelajaran interaktif pada pelajaran IPA di SD dengan kerja kelompok
3. Meningkatkan
kinerja belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
interaktif dengan kerja kelompok
4. Mengetahui apakah
kerja kelompok dapat memperbaiki dan meningkatkan kinerja belajar siswa dalam
penerapan model pembelajaran interaktif
5. Meningkatkan
kreativitas siswa dalam pembelajaran IPA yang menggunakan model pembelajaran
interaktif dengan kerja kelompok.
6. Mengetahui kendala
yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran interaktif dengan kerja
kelompok
7. Solusi yang
dilakukan guru dalam mengatasi kendala dalam menerapkan model pembelajaran
interaktif dengan kerja kelompok
V.
KONTRIBUSI HASIL PENELITIAN
Bagi
siswa pembelajaran interaktif memberikan pengalaman baru dan diharapkan
memberikan kontribusi terhadap peningkatan belajarnya. Siswa memiliki kesadaran
bahwa proses pembelajaran adalah dalam rangka mengembangkan potensi dirinya,
karena itu keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh siswa. Disamping
itu, melalui penelitian ini siswa terlatih untuk dapat memecahkan masalah
dengan pendekatan ilmiah dan siswa didorong aktif secara fisik, mental, dan
emosi dalam pembelajaran.
Bagi guru,
penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan profesional, dan
pembelajaran interaktif menjadi alternative pembelajaran IPA untuk meningkatkan
prestasi siswa. Memberikan
kesadaran guru untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran yang
disesuaikan dengan tujuan, materi, karakteristik siswa, dan kondisi
pembelajaran. Guru mempunyai kemampuan dalam merancang model pembelajaran
interaktif yang merupakan hal baru bagi guru, dan menerapkannya dalam
pembelajaran IPA. Dengan penelitian ini, kemampuan guru mengaktifkan siswa dan
memusatkan pembelajaran pada pengembangan potensi diri siswa juga meningkat,
sehingga pembelajaran lebih menarik, bermakna, menyenangkan, dan mempunyai daya
tarik. Disamping itu penelitian ini dapat memperkaya pengalaman guru dalam
melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan refleksi diri
atas kinerjanya melalui PTK.
Bagi kepala sekolah penelitian ini dapat
dijadikan masukan untuk kebijakan dalam upaya meningkatkan proses belajar
mengajar (PBM) dan meningkatkan prestasi belajar siswa serta perlunya kerjasama
yang baik antar guru dan antara guru dengan kepala sekolah.
Model
Pembelajaran Interaktif
Secara
khusus, istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatn. Sunarwan (1991) dalam Sobry
Sutikno (2004 :15) mengartikan model merupakan gambaran tentang keadaan nyata.
Model pembelajaran atau model mengajar sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam mengatur materi
pelajaran, dan memberi petunjuk kepada mengajar di kelas dalam setting
pengajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar. Model ini dirancang agar siswa akan bertanya dan
kemudian menemukan jawaban pertanyaan mereka sendiri Meskipun anak-anak
mengajukan pertanyaan dalam kegiatan bebas, pertanyaan-pertanyaan tersebut akan
terlalu melebar dan seringkali kabur sehingga kurang terfokus. Guru perlu
mengambil langkah khusus untuk mengumpulkan, memilah, dan mengubah
pertanyaan-pertanyaan tersebut ke dalam kegiatan khusus. Pembelajaran
interaktif merinci langkah-langkah ini dan menampilkan suatu struktur untuk
suatu pelajaran IPA yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan terhadap
pertanyaan-pertanyaan siswa sebagai pusatnya.
Model pembelajaran interaktif memiliki lima langkah.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran Interaktif diawali dengan (1)
persiapan, sebelum pembelajaran dimulai guru menugaskan siswa untuk membawa
hewan peliharaannya dan mempersiapkan diri untuk menceritakan tentang hewan
peliharaannya masing-masing. (2) kegiatan penjelajahan, pada saat pembelajaran
di kelas siswa lain boleh mengamati hewan-hewan peliharaan teman-temannya dari
dekat (meraba, mengelus, menggendong) dan mereka boleh mengajukan pertanyaan.
(3) pertanyaan siswa diarahkan guru sekitar proses pemeliharaannya. (4)
penyelidikan, guru dan siswa memilih pertanyaan untuk dieksplorasi lebih jauh.
Misalnya siswa diminta mengamati keadaan hewan-hewan yang tidak dipelihara,
seperti dari mana mereka memperoleh makanannya, dimana mereka tidur, punya nama
atau tidak, bagaimana kebersihannya. (5) refleksi, pada pertemuan berikutnya di
kelas dibahas hasil penyelidikan mereka, dilakukan pembandingan antara hewan
peliharaan dengan hewan liar untuk memantapkan hal-hal yang sudah jelas dan
memisahkan hal-hal yang masih perlu diselidiki lebih jauh. Pada akhir kegiatan
guru dapat memberikan tugas kepada siswa untuk mengamati benda-benda di sekitar
siswa untuk mengamati benda-benda di sekitar mereka seperti buku dan tas
sekolahnya.
Salah satu kebaikan dari model pembelajaran interaktif adalah
bahwa siswa belajar mengajukan pertanyaan, mencoba merumuskan pertanyaan, dan
mencoba menemukan jawaban terhadap pertanyaannya sendiri dengan melakukan
kegiatan observasi (penyelidikan). Dengan cara seperti itu siswa atau anak
menjadi kritis dan aktif belajar.
Kerja
Kelompok
Suatu
strategi pembelajaran untuk mencapai tujuan IPA yang berupaya untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerja sama, berpikir kritis, dan pada saat
yang sama meningkatkan prestasi akademiknya. Disamping itu kerja kelompok dapat
membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit sambil pada saat yang
bersamaan sangat berguna untuk menumbuhkan kemauan kerja sama dan kemauan
membantu teman. Kerja kelompok memungkinkan siswa lebih terlibat secara aktif
dalam belajar karena ia mempunyai tanggung jawab belajar yang lebih besar dan
memungkinkan berkembangnya daya kreatif dan sifat kepemimpinan pada siswa.
Sedangkan peran guru lebih ditekankan sebagai organisator kegiatan
belajar-mengajar, sumber informasi bagi siswa, pendorong bagi siswa untuk
belajar, serta penyedia materidan kesempatan belajar bagi siswa. Guru harus
dapat mendiagnosa kesulitan siswa dalam belajar dan dapat memberikan bantuan
kepadanya sesuai dengan kebutuhannya.
Pengertian
Belajar
Belajar
merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup
manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan
lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup
(survived). Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari
belum mampu menjadi sudah mampu, tejadi dalam jangka waktu waktu tertentu.
Perubahan yang itu harus secara relative bersifat menetap (permanent) dan tidak
hanya terjadi pada perilaku yang saat ini nampak (immediate behavior) tetapi
juga pada perilaku yang mungkin terjadi di masa mendatang (potential behavior).
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa perubahan-perubahan tersebut
terjadi karena pengalaman. Perubahan yang terjadi karena pengalaman ini
membedakan dengan perubahan-perubahan lain yang disebabkan oleh kemasakan
(kematangan).
Kreativitas
Dewasa ini istilah kreativitas
atau daya cipta sering digunakan dalam kegiatan manusia sehari-hari, sering
pula ditekankan pentingnya pengembangan kreativitas baik pada anak didik,
pegawai negeri maupun pada mereka yang berwiraswasta. Kreativitas biasanya
diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru. Ciptaan itu
tidak perlu seluruh produknya harus baru, mungkin saja gabungannya,
kombinasinya, sedangkan unsur-unsurnya sudah ada sebelumnya, kombinasi baru,
atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur, data, atau hal-hal yang sudah
ada sebelumnya.
Kreativitas terletak
pada kemampuan untuk melihat asosiasi antara hal-hal atau obyek-obyek yang
sebelumnya tidak ada atau tidak tampak hubungannya. Seorang anak kecil asyik
bermain dengan balok-balok yang mempunyai bentuk dan warna yang bermacam-macam,
setiap kali dapat menyusun sesuatu yang baru, artinya baru bagi dirinya karena
sebelumnya ia belum pernah membuat hal yang semacam itu. Anak ini adalah anak
yang kreatif, berbeda dengan anak lain yang hanya membangun sesuatu jika ada
contohnya.
Mengembangkan kreativitas dalam
pembelajaran, Gordon dalam Joice and Weill (1996) dalam E. Mulyana (2005 : 163)
mengemukakan empat prinsip dasar sinektik tentang kraetivitas. Pertama,
kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan sehari-hari. Hampir
semua manusia berhubungan dengan proses kreativitas, yang dikembangkan melalui
seni atau penemuan-penemuan baru. Lebih jauh Gordon menekankan bahwa
kreativitas merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari dan berlangsung
sepanjang hayat. Kedua, proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius.
Hal tersebut dapat diekspresikan dan mungkin membantu orang secara langsung
untuk meningkatkan kreativitasnya. Secara tradisional, kreativitas didorong
pleh kesadaran yang memberi petunjuk untuk mendeskripsikan dan menciptakan
prosedur latihan yang dapat diterapkan di sekolah atau lingkungan lain. Ketiga,
penemuan kreatif sama dalam semua bidang, baik dalam bidang seni, ilmu,
maupun dalam rekayasa. Selain itu, penemuan kreatif ditandai oleh beberapa
proses intelektual. Keempat, berpikir kraetif baik secara individu maupun
kelompok adalah sama. Individu dan kelompok menurunkan ide-ide dan produk dalam
berbagai hal.
Saran
Penerapan
model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok memerlukan kemauan dan
pengorbanan yang besar, baik waktu, tenaga dan pikiran untuk itu bagi guru
sekolah dasar mampu melaksanakan penelitian tindakan kelas menggunakan model
pembelajaran ini sebagai suatu tantangan.
Penelitian tindakan
kelas sebaiknya dilakukan oleh guru dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawabnya sebagai pendidik, peneliti hanya berusaha menjembatani dan
memfasilitasi agar para guru sekolah dasar mau melakukan penelitian tindakan
kelas sebagai langkah introspeksi diri sebagai tenaga profesional.
Sebaiknya penelitian tindakan kelas
dilakukan oleh semua guru, baik guru SD, SMP, maupun SMA, sebagai upaya untuk
meningkatkan kinerja sebagai guru. Guru harus dapat menilai dirinya sendiri
sebelum melakukan penilaian kepada siswanya. Guru harus mengetahui kelemahan
dan kekurangannya dalam pembelajarannya, berusaha untuk mengatasinya dan
menemukan solusi yang terbaik serta mengantisipasi apabila dalam pembelajaran
mengalami kendala dan masalah.
0 komentar:
Posting Komentar